Assalamualiakum Warohmatullahi
Wabarokatuh
Rasullah (Nabi Muhammad SAW melakukan shalat Jumat pertama kalinya di Wadi Ranuna, Sekitar satu km dari Mesjid Quba atau 4 km dari Madinah al-Munawwarah. Di sana kini berdiri sebuah masjid yang diberi nama Masjid Jumat. Keterangan ini sebagaimana dikisahkan dalam berbagai buku sejarah, seperti Fikih Sirah, Sirah Nabawiyah, maupun Hayatu Muhammad karya Muhammad Husein Haykal.
Pada shalat jumat pertamanya itu, Nabi Muhammad SAW
menyampaikan kutbah jumat pertamanya, sebagaimana kemudian kita ikuti
hingga kini pada setiap kali shalat jumat. Berikut adalah kutbah jumat
pertama Rasulullah SAW yang dipaparkan Hanafi al-Mahlawi dalam bukunya
Al-Amakin al-Masyhurah Fi Hayati Muhammad (Tempat-tempat bersejarah yang
dikunjungi Rasul SAW. Isi khutbah Rasul SAW berikut ini sebagaimana
juga disebutkan dalam Tarikh Thabari, Tafsir al-Qurthubi, Subul al-Huda
wa ar-Rasyad, dan Al-Bayan al-Muhammadi karya Dr Mustafa Asy-Sya’kah.
Penjelasan ini juga diperkuat dengan keterangan Ibnu Abbas RA yang
diriwayatkan oleh Ibnu Katsir.
“Segala puji bagi Allah, kepada-Nya aku
memohon pertolongan, ampunan, dan petunjuk. Aku beriman kepada Allah dan
tidak kufur kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain
Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan, aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan Allah. Dia telah mengutusnya dengan petunjuk dan
agama yang benar, dengan cahaya dan pelajaran, setelah lama tidak ada
rasul yang diutus, minimnya ilmu, dan banyaknya kesesatan pada manusia
di kala zaman menjelang akhir dan ajal kian dekat.
Barang siapa yang taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah mendapatkan petunjuk. Dan, barang siapa
yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah
melampaui batas dan tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh.
Aku berwasiat kepada kalian untuk
bertakwa kepada Allah. Itulah wasiat terbaik bagi seorang Muslim. Dan,
seorang Muslim hendaknya selalu ingat akhirat dan menyeru kepada
ketakwaan kepada Allah.
Berhati-hatilah terhadap yang
diperingatkan Allah. Sebab, itulah peringatan yang tiada tandingannya.
Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah yang dilaksanakan karena takut
kepada-Nya, ia akan memperoleh pertolongan Allah atas segala urusan
akhirat.
Barang siapa yang selalu memperbaiki
hubungan dirinya dengan Allah, baik di kala sendiri maupun di tengah
keramaian, dan ia melakukan itu tidak lain kecuali hanya mengharapkan
rida Allah, maka baginya kesuksesan di dunia dan tabungan pahala setelah
mati, yaitu ketika setiap orang membutuhkan balasan atas apa yang telah
dilakukannya. Dan, jika ia tidak melakukan semua itu, pastilah ia
berharap agar masanya menjadi lebih panjang. Allah memperingatkan kamu
akan siksa-Nya. dan Allah Mahasayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS Ali
Imran [3]: 30).
Dialah Zat yang benar firman-Nya,
melaksanakan janji-Nya, dan semua itu tidak pernah teringkari. Allah
berfirman, “Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah, dan Aku sekali-kali
tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.” (QS Qaf [50]: 29).
Karenanya, bertakwalah kalian kepada
Allah dalam urusan sekarang maupun yang akan datang, dalam kerahasiaan
maupun terang-terangan. “Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan
melipatgandakan pahala baginya.” (QS At-Thalaq [65]: 5). “Barang siapa
bertakwa kepada Allah, sungguh ia telah memperoleh kemenangan yang
besar.” (QS Al-Ahzab [33]: 71).
Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah
menghindarkan dari kemarahan, hukuman, dan murka-Nya. Takwa kepada Allah
akan membuat wajah bersinar terang, membuat Allah rida, dan meninggikan
derajat. Lakukanlah dengan sepenuh kemampuan kalian, dan jangan sampai
kurang di sisi Allah.
Dia telah mengajarkan kepada kalian
dalam kitab-Nya dan membentangkan jalan-Nya, untuk mengetahui siapa yang
benar dan untuk mengetahui siapa yang dusta. (QS Al-Ankabut [29]: 3).
Maka, berbuat baiklah, sebagaimana Dia
berbuat baik kepada kalian, dan musuhilah musuh-musuh-Nya. Berjihadlah
di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad. Dia telah memilih dan
menamakan kalian sebagai Muslim. (QS Al-Hajj [22]: 78). Agar orang yang
binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang
hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata. (QS Al-Anfal [8]: 42).
Tiada daya upaya, kecuali hanya dengan
kekuatan Allah. Karenanya, perbanyaklah mengingat Allah, dan beramallah
untuk kehidupan setelah mati. Sesungguhnya orang yang membangun hubungan
baik dengan Allah, Allah pun akan membuat baik hubungan orang itu
dengan manusia lainnya.
Karena Allah yang memberi ketetapan
kepada manusia, sedang manusia tidak mampu memberi ketetapan kepada-Nya.
Dia menguasai manusia, sedang manusia tidak bisa menguasai-Nya. Allah
itu Maha Agung. Tiada daya dan kekuatan selain dengan kekuatan Allah
Yang Mahatinggi dan Mahaagung.”
Sumber : Republika.co.id
Wallahu A’lam
No comments:
Post a Comment